Oleh : Daulat Ginting
“Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begiatu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati”
[2 Korintus 1 : 8 – 9]
Pernahkah Anda berkata: ”Saya menghadapi masalah pribadi, keluarga, kehidupan yang hancur, hubungan yang retak, perasaan tidak berharga, dan kehilangan orang yang kukasihi. Aku tidak bertindak seperti orang tua yang dibutuhkan anak-anakku, pasangan hidupku terabaikan, seakan-akan aku tidak memiliki apa-apa. Kadang-kadang rasanya seperti terhimpit dinding-dinding yang mengetat. Penderitaan memenuhi udara seperti kabut asap belerang dalam pertempuran. Sesekali bayangan gelap yang menakutkan terlintas saat terjaga di malam hari. Rasul Paulus juga pernah mengalami penderitaan dalam pelayanannya seperti terlihat dalam 2 Korintus 1:8–9.
Kitapun bertanya, apakah kejahatanku? Apakah aku harus menanggung akibat kesalahan sendiri, kesombongan sendiri atau dosa sendiri? Ataukah kita secara sengaja dipilih menjadi sasaran sifat jahat dan anak-anak panah kecemburuan orang lain?
Serpihan geranat memang seperti itu: “ia melukai orang-orang di sekitar yang tidak berdosa di semua arah”. Mungkin kita berada disana, di suatu tempat busuk sehingga kerajaan kegelapan akan menggunakan sejumlah cara untuk menjadikan kita terluka.
Kita menjadi korban karena pekerjaan iblis. Lalu iblispun melontarkan anak panah favoritnya yaitu: meyakinkan orang-orang Kristen bahwa mereka sudah kalah dan tak ada lagi harapan. Ketahuilah bahwa iblis tidak perlu menyerang otorita Firman Allah ketika ia menangani seorang anak Allah untuk jatuh ke dalam dosa.
Iblis senantiasa menantang pengertian kita akan Firman Allah dan menjadikan kita korban serta berusaha merayu kita untuk melakukan hal-hal sebagai berikut ini. Apakah itu?
Pertama:“Kita senantiasa mempertanyakan motif Allah dan FirmanNya”. Kita mulai membangun Allah ilalang—karikatur yang lucu dengan membesar-besarkan ketidaksetimpalan- Nya yang kaku. Tak lama kemudian kita berhasil membuat ulang Allah menurut gambaran kita sendiri dan berpusat pada diri kita sendiri. Dan, tak lama kemudian, kita merasa bebas [menurut pemikiran kita yang sesat] mengambil langkah fatal berikutnya.
Kedua: “Kitapun terang-terangan menyangkal kebenaran Allah”. Begitu Anda dan saya mem- pertanyakan pengertian akan Firman Allah dan menggeliatkan akan maksud Allah, kita sudah siap untuk menerima kebohongan mutlak tentang Allah.
Seperti “Kata Ular itu kepada perempuan itu: sekali-kali kamu tidak akan mati” [Kejadian 3:4]. Maka, kita akan berpindah dari kebenaran nyata Alkitab ke kebohongan besar. Standar Allah yang jelas tidak lagi menjadi masalah bagi kita.
Sahabatku…., maka nyanyian sedihpun berkumandang di telinga kita. Kalau kita mulai mendengar musik itu, kita telah berada pada jalan untuk menjadi “seorang Yudas”. Kitapun berkata: “saya sudah tidak tahan lagi”, kemudian lukapun semakin dalam dan hidup tercerai berai, serta hilangnya hadiah kekal dari Allah. Sekarang bagaimana kita dapat mengatasinya? Bagaimana Anda dan saya sebagai orang Kristen membangun perjuangan kita untuk menang?
Kunci terbesar untuk kesediaan tempur rohani adalah: “Firman Allah” dan “Roh Kudus”. “Bagi orang Kristen yang bijak, peperangan Rohani dan Alkitab berjalan bersama-sama”.
Allah sendiri akan menyediakan tempat kritis Firman Allah dalam peperangan rohani yang kita hadapi setiap hari.
Sedangkan Roh Kudus merupakan senjata ampuh dan senjata penyerang kita yang utama. Usahakan untuk mengetahuinya, bersahabatlah dan rasakan ketajamannya serta berjalan dengannya setiap saat.
Dengan demikian, yakinkanlah 4 hal di bawah ini:
1. “Setiap anak Allah dapat mengharapkan sedikit kekecewaan dalam hidupnya”: Allah mengerjakan semua untuk kebaikan, bahkan kekecewaan kita. Kalau kita dapat menikmati suatu persfektif Ilahi, kita akan mengatakan suatu saat nanti, Oh.. tentu saja”.
2. “Pada waktu datang keputusasaan, jangan lari”: Lihat Ayub, Elia, Musa, Daud dan Kristus sendiri, yang menderita dalam doa di Taman Getsemane. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh untuk kelepasan dari penderitaan. Ia tidak lari tapi tetap tegak berdiri. Tidakkah Anda senang? Pandanglah ke atas dan tanyakan “Apakah yang Tuhan ingin ajarkan kepadaku; ingin rubah dalam diriku dan ingin lakukan melalui aku?”.
3. “Kadang-kadang kekecewaan terasa tak tertahankan, tetapi sebenarnya tidak. Allah tetap mengawasi”: Melalui kekecewaan, kebingungan, dan pertengkaran emosional, orang Kristen harus tetap bertahan. “Harus!.”
4. “Allah tidak memasang ranjau bagi anak-anakNya. Iblis yang melakukannya: Rencana Allah untuk kita adalah “Kemenangan”. Ia akan menggunakan setiap kekecewaan, pencobaan, rasa sakit, kegagalan, bahkan jerat musuh untuk kebaikan akhir kita.
“Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begiatu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati”
[2 Korintus 1 : 8 – 9]
Pernahkah Anda berkata: ”Saya menghadapi masalah pribadi, keluarga, kehidupan yang hancur, hubungan yang retak, perasaan tidak berharga, dan kehilangan orang yang kukasihi. Aku tidak bertindak seperti orang tua yang dibutuhkan anak-anakku, pasangan hidupku terabaikan, seakan-akan aku tidak memiliki apa-apa. Kadang-kadang rasanya seperti terhimpit dinding-dinding yang mengetat. Penderitaan memenuhi udara seperti kabut asap belerang dalam pertempuran. Sesekali bayangan gelap yang menakutkan terlintas saat terjaga di malam hari. Rasul Paulus juga pernah mengalami penderitaan dalam pelayanannya seperti terlihat dalam 2 Korintus 1:8–9.
Kitapun bertanya, apakah kejahatanku? Apakah aku harus menanggung akibat kesalahan sendiri, kesombongan sendiri atau dosa sendiri? Ataukah kita secara sengaja dipilih menjadi sasaran sifat jahat dan anak-anak panah kecemburuan orang lain?
Serpihan geranat memang seperti itu: “ia melukai orang-orang di sekitar yang tidak berdosa di semua arah”. Mungkin kita berada disana, di suatu tempat busuk sehingga kerajaan kegelapan akan menggunakan sejumlah cara untuk menjadikan kita terluka.
Kita menjadi korban karena pekerjaan iblis. Lalu iblispun melontarkan anak panah favoritnya yaitu: meyakinkan orang-orang Kristen bahwa mereka sudah kalah dan tak ada lagi harapan. Ketahuilah bahwa iblis tidak perlu menyerang otorita Firman Allah ketika ia menangani seorang anak Allah untuk jatuh ke dalam dosa.
Iblis senantiasa menantang pengertian kita akan Firman Allah dan menjadikan kita korban serta berusaha merayu kita untuk melakukan hal-hal sebagai berikut ini. Apakah itu?
Pertama:“Kita senantiasa mempertanyakan motif Allah dan FirmanNya”. Kita mulai membangun Allah ilalang—karikatur yang lucu dengan membesar-besarkan ketidaksetimpalan- Nya yang kaku. Tak lama kemudian kita berhasil membuat ulang Allah menurut gambaran kita sendiri dan berpusat pada diri kita sendiri. Dan, tak lama kemudian, kita merasa bebas [menurut pemikiran kita yang sesat] mengambil langkah fatal berikutnya.
Kedua: “Kitapun terang-terangan menyangkal kebenaran Allah”. Begitu Anda dan saya mem- pertanyakan pengertian akan Firman Allah dan menggeliatkan akan maksud Allah, kita sudah siap untuk menerima kebohongan mutlak tentang Allah.
Seperti “Kata Ular itu kepada perempuan itu: sekali-kali kamu tidak akan mati” [Kejadian 3:4]. Maka, kita akan berpindah dari kebenaran nyata Alkitab ke kebohongan besar. Standar Allah yang jelas tidak lagi menjadi masalah bagi kita.
Sahabatku…., maka nyanyian sedihpun berkumandang di telinga kita. Kalau kita mulai mendengar musik itu, kita telah berada pada jalan untuk menjadi “seorang Yudas”. Kitapun berkata: “saya sudah tidak tahan lagi”, kemudian lukapun semakin dalam dan hidup tercerai berai, serta hilangnya hadiah kekal dari Allah. Sekarang bagaimana kita dapat mengatasinya? Bagaimana Anda dan saya sebagai orang Kristen membangun perjuangan kita untuk menang?
Kunci terbesar untuk kesediaan tempur rohani adalah: “Firman Allah” dan “Roh Kudus”. “Bagi orang Kristen yang bijak, peperangan Rohani dan Alkitab berjalan bersama-sama”.
Allah sendiri akan menyediakan tempat kritis Firman Allah dalam peperangan rohani yang kita hadapi setiap hari.
Sedangkan Roh Kudus merupakan senjata ampuh dan senjata penyerang kita yang utama. Usahakan untuk mengetahuinya, bersahabatlah dan rasakan ketajamannya serta berjalan dengannya setiap saat.
Dengan demikian, yakinkanlah 4 hal di bawah ini:
1. “Setiap anak Allah dapat mengharapkan sedikit kekecewaan dalam hidupnya”: Allah mengerjakan semua untuk kebaikan, bahkan kekecewaan kita. Kalau kita dapat menikmati suatu persfektif Ilahi, kita akan mengatakan suatu saat nanti, Oh.. tentu saja”.
2. “Pada waktu datang keputusasaan, jangan lari”: Lihat Ayub, Elia, Musa, Daud dan Kristus sendiri, yang menderita dalam doa di Taman Getsemane. Ia berdoa dengan sungguh-sungguh untuk kelepasan dari penderitaan. Ia tidak lari tapi tetap tegak berdiri. Tidakkah Anda senang? Pandanglah ke atas dan tanyakan “Apakah yang Tuhan ingin ajarkan kepadaku; ingin rubah dalam diriku dan ingin lakukan melalui aku?”.
3. “Kadang-kadang kekecewaan terasa tak tertahankan, tetapi sebenarnya tidak. Allah tetap mengawasi”: Melalui kekecewaan, kebingungan, dan pertengkaran emosional, orang Kristen harus tetap bertahan. “Harus!.”
4. “Allah tidak memasang ranjau bagi anak-anakNya. Iblis yang melakukannya: Rencana Allah untuk kita adalah “Kemenangan”. Ia akan menggunakan setiap kekecewaan, pencobaan, rasa sakit, kegagalan, bahkan jerat musuh untuk kebaikan akhir kita.