Oleh: Pt. Nurdin Ricardo Sirait “Hendaklah kamu sempurna, seperti Bapamu yang di sorga sempurna adanya” [Matius 5: 48] Saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus”. Dalam hidup ini, seringkali kita tidak pernah mengevaluasi pertumbuhan iman kita, apakah bertumbuh, biasa-biasa saja atau bahkan mundur. Seyogyanya iman anak Tuhan atau orang percaya harus mengalami suatu proses yang terus-menerus bertumbuh hari demi hari secara berkesinambungan untuk mencapai sasaran yang pasti yaitu kedewasaan iman yang penuh [Ef. 4: 13-16]. Untuk mengetahui apakah iman kita bertumbuh atau tidak, dapat kita lihat dari beberapa hal berikut ini: I. Apakah Saya Sudah Dapat Membedakan Yang Baik Dari Yang Jahat? [Ibr.5:12-14] - berpikir dengan baik: melihat sesuatu itu baik masalah ataupun pribadi seseorang dari sudut yang baik, bukan dari sisi yang buruk; - berbicara yang baik: sopan, lemah-lembut dan bijaksana sehingga kata-kata yang keluar dari mulut kita selalu membawa kedamaian bagi orang atau diri kita sendiri; - bertindak yang baik: adil dan suka menolong. Karena dalam kenyataan kehidupan banyak anak Tuhan hanyut dengan keadaan sekelilingnya, sehingga dia tidak tahu lagi membedakan yang baik dan yang benar. Contoh: 1. Korupsi: dianggap bukan dosa melainkan berkat Tuhan; 2. Berdusta: dianggap kalau sedikit-sedikit tidak mengapa daripada repot-repot atau dengan perkataan lain “cari selamat”; 3. Egois: tidak perduli dengan penderitaan dan kesengsaraan orang lain. Prinsipnya “itu bukan urusan saya”. Dalam kondisi seperti inilah sebetulnya iman kita perlu dilatih agar kita memiliki “panca indra rohani yang terpilih”. II. Apakah Saya Mampu Untuk Mengampuni? Banyak orang percaya tidak mampu mengampuni orang lain, bahkan mereka terjerat dalam kebencian, dendam, dan kecemburuan. Terkadang malah ditindak-lanjuti dengan perbuatan destruktif, menghakimi lawannya bahkan menjatuhkan nama baik orang lain di depan umum. Tiga hal berikut ini, perlu kita yakini apabila kita tidak mampu mengampuni orang lain, yakni: 1. Tuhan tidak akan pernah mengampuni dosa kita dikala kita tidak dapat mengampuni kesalahan orang lain; 2. Tuhan bahkan tidak mau mendengar doa kita; 3. Tidak ada tempat bagi kita di sorga karena sorga adalah kerajaan tempat orang yang penuh dengan damai dan pengampunan. III. Apakah Saya Warga Jemaat Yang Baik? Kita perlu bertanya kepada diri kita, apakah tugas pelayanan kita sudah dilakukan sungguh-sungguh? |
Bagaimanakah tugas pelayanan kita sebagai Pendeta, Pertua/Diaken, Pengurus Lembaga, Pengurus PJJ, Guru Sekolah Minggu, Organis/Song Leader, Kolektan atau bahkan sebagai Jemaat Biasa? Apakah kita:
- Rajin ke Gereja?
- Rajin ke PJJ dan PA?
- Rajin ikut Kebaktian Penghiburan (ngapul - ngapuli)?
- Mau ikut bezoek ke RS walaupun bukan famili?
- Mau mendukung pelayanan Gereja dalam doa dan dana?
Saudaraku, rajin ke Gereja, PA, PJJ dan lain sebagainya adalah perbuatan yang baik, karena disana kita mendengar Firman Tuhan. Mungkin juga saat ini kita rajin mengadakan “saat teduh” di rumah dan rajin membaca buku agama. Namun, hal itu belumlah cukup, apabila itu hanya sebatas di dengar atau diketahui saja. “Firman Tuhan harus menjadi sumber dan dasar kehidupan kita”
Mungkin kita bertanya, bagaimana supaya iman kita bisa bertumbuh?
Untuk menjawab ini kita harus belajar dari pengalaman murid Tuhan Yesus yang begitu berani dan penuh semangat untuk memberitakan injil dan melayani walaupun penuh dengan ancaman. Apakah rahasianya? Mereka membuka diri terhadap “ajaran Yesus” dan menerima “roh kudus” [Kis. Rasul 1: 3b; 1:8 dan 2:4]. Bagi orang yang sudah menerima dengan sungguh “ajaran Yesus” dan membiarkan “roh kudus” bekerja dalam dirinya, ia akan punya prinsip iman: “Lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia” [Kis. Rasul 5: 29]. Karena mereka percaya hidup dengan Allah:
1. akan mendapat damai sejahtera dan sukacita yang sejati;
2. janji–janji Allah di dalam Firman-Nya meneguhkan, menguatkan bahkan menolong di dalam menjalani problem kehidupan;
3. Firman-Nya sangat berkuasa untuk melawan pe- ngaruh iblis dan kedagingan.
Mari kita belajar dari murid Yesus, yaitu selalu mengutamakan ketaatan kepada Allah di dalam setiap aspek kehidupan kita, baik itu di dalam keluarga, kantor, tempat bisnis, gereja, dan masyarakat dimanapun kita berada. Maka melalui kehadiran, pikiran, bicara dan tindakan kita, nama Tuhan Yesus dipermuliakan. Itulah iman yang bertumbuh.
Tuhan memberkati.
Refrensi: “Iman Yang Hidup”,
karangan Pdt. JAN. J. Damanik MTh.